Archive for Februari 2013
Black sabbath mixing album terbaru bulan ini
Black Sabbath akan memulai mixingalbum terbaru mereka yang bertitel13 pada bulan Februari ini. Geezer Butler memberitahukan tentang perkembangan proses pembuatan album terbaru mereka ini saat acara NAMM (Nasional Association Of Music Merchants).
“Kami telah selesai merekam album tersebut. Tony [Iommi, gitaris] kembali ke Inggris untuk merekam beberapa solo gitar. Kemudian kami mulai mixing album tersebut pada bulan ini dan akan dirilis pada bulan Juni.”
“Kami akan mulai tur pada akhir bulan April di Selandia Baru, kemudian kami akan ke Australia dan Jepang. Juni, kami akan mempromosikan album baru. Kemudian Juli dan Agustus di Amerika Serikat. Oktober adalah giliran Amerika Selatan dan Eropa di November dan Desember,” ujar Geezer saat diwawancara oleh Eddie Trunk yang merupakan pembawa acara VH1 Classic.
Geezer juga merasa senang dapat bekerja sama dengan Ozzy Osbourne kembali. Di album baru ini, Geezer paling banyak menulis lirik lagu. Ozzy yang mendapatkan judulnya terlebih dahulu dan memberikan inspirasi kepada Geezer untuk menulis liriknya.
Setelah menyelesaikan album ini, kabarnya Geezer Butler akan mulai mengerjakan album berikutnya dari GZR, proyek solo miliknya.
Album 13 milik Black Sabbath yang akan dirilis pada bulan Juni ini dibantu produser Rick Rubin yang telah memenangkan penghargaan Grammy sebanyak tujuh kali.
Penjualan album Metallica merosot
Dampak anjloknya penjualan album tak hanya dirasakan band kecil, bahkan band sebesar Metallica pun mengalaminya. Menurut kabar bahwa penjualan album Metallica merosot.
Merosotnya penjualan album ini dimulai sejak 6 desember 2012 kemarin. Penjualan pun menurun 15% tiap minggunya. Kemerosotan ini diakibatkan sejak album lama Metallica diluncurkan secara streaming di Spotify.
Munculnya streaming ini setelah Metallica mengakhiri permusuhan dengan pendiri Napster dan investor Spotify Sean Parker dengan ditandai diizinkannya album ini dirilis secara online. Sayangnya hal tersebut berdampak buruk pada penjualan album Metallica.
Namun kemerosotan penjualan album ini dibantah oleh Cliff Burnestein yang memanajeri Metallica.
“Ada titik di mana mungkin ada 100% kanibalisasi, dan kami akan membuat lebih banyak uang melalui layanan berlangganan. Kami menghitung titik itu pada sekitar 20 juta pelanggan di seluruh dunia,” ujarnya seperti dikutip dari New York Time.
Linkin park desain sepatu boots bersama dengan Sebago
Unit rock alternatif Linkin Park belum lama ini telah mendesain sepatu boot yang berkolaborasi dengan perusahaan sepatu ternama, Sebago. Sepatu boot hitam rancangan band asal AS ini terbuat dari campuran bahan kulit, kanvas, serta sol karet Vibram.
Ditulis dalam Rolling Stone, sepatu boot yang diberi nama The Jungle Xini sekarang telah dilempar ke pasaran dengan harga 250 dolar AS atau berkisar Rp 2,4 juta. Hasil dari penjualan tersebut akan digunakan untuk meringankan beban korban Badai Sandy melalui Music for Relief, lembaga amal yang didirikan Linkin Park.
Bukan hanya Linkin Park yang belakangan ini telah meluncurkan sepatu rancangan mereka sendiri. Unit heavy metal legendaris asal AS, Metallica, baru-baru ini telah berkolaborasi dengan Vans mendesain tiga model sepatu terbaru.
Setelah meluncurkan dua model sepatu pada 2012, tahun ini band akan mengeluarkan model yang ketiga bertepatan dengan peringatan 30 tahun debut album Kill ‘Em All (1983).
Selain itu, terdapat pula pentolan Bon Iver, Justin Vernon yang bekerja sama dengan Keep merancang sepatu sneaker terbaru. Madonna pun tak ketinggalan, pertengahan tahun lalu, penyanyi dan pencipta lagu ini telah meluncurkan koleksi sepatu milknya yakni Truth or Dare.
Penggarapan album baru Slipknot dilansir dua tahun kedepan
Meskipun ia masih sibuk dengan promosi dan siklus tur untuk album ganda Stone Sour, “House Of Gold And Bones”, vokalis Corey Taylor berjanji ia akan membuat album Slipknot berikutnya, dan dia mengatakan kepada The Pulse Of Radio itu masih cukup jauh.
“Pada dasarnya, saya ingin mulai membuat demo Slipknot pada 2014, dan masuk studio pada tahun 2015. Jadi itu masih lama,” katanya seperti dilansir Blabbermouth.
Sebelumnya, perkusionis Slipknot Shawn ‘Clown’ Crahan berbicara tentang kontribusi terakhir bassist Paul Gray yang akan didengar pada album Slipknot berikutnya.
“Ada lagu yang dia tulis dan akan menjadi bagian dari rekaman berikutnya,” kata Crahan. “Kita semua harus berpikir seperti dia, dan dia akan berada di sana. Dia akan berada di sana, nggak mungkin Paul Gray nggak menjadi bagian dari yang kami lakukan di sisa karir kami.”
Obscene extreme asia 2013 6-7 april 2013 jakarta
“OBSCENE EXTREME ASIA 2013”
6 -7 April 2013 At Jakarta - Bumi Perkemahan Ragunan Indonesia
The Bands:
1. FLAGITIOUS IDIOSYNCRASY IN THE DILAPIDATION – Jepang
2. NAHU – Korea
3. SIKSAKUBUR – Indonesia
4. ASILENT – Singapura
5. EXTREME DECAY – Indonesia
6. BRUTORE – Vietnam
7. KONTRASOSIAL – Indonesia
8. WUU – Vietnam
9. AGATHOCLES – USA
10. TOOLS OF THE TRADE – Malaysia
11. DEMISOR – Singapura
12. WORMROT – Singapura
13. TOUCHED BY NAUSEA – Afrika Selatan
14. ROTTEN SOUND – Finlandia
Dan masih banyak lagi..... \m/
Sigur ros live in JAKARTA 10 mei 2013
Jakarta - Akhir pekan lalu band post rock Sigur Ros memberi bocoran soal rencana konser mereka di Jakarta. Kini detail konser Sigur Ros pun terungkap. Mereka akan tampil pada 10 Mei mendatang.
Jadwal konser Sigur Ros tersebut telah terpampang di situs resminya, www.sigur-ros.co.uk. Mereka akan menggelar konser di Istora Senayan, Jakarta.
Tak lama kemudian, Sigur Ros pun mengabarkan berita baik tersebut lewat akun Twitter-nya, @sigurros. Seperti sebelumnya, mereka mengirimkan pesan dengan bahasa Indonesia.
"Akhirnya - #SigurRosJKT untuk pertama kalinya di Istora Senayan Jakarta tanggal 10 Mei 2013," tulis mereka, Jumat (11/1/2013).
Sigur Ros dibawa promotor Flux and Play. Harga tiket dibanderol Rp 750 ribu kelas tribun dan Rp 850 ribu untuk festival. Dipastikan tidak ada pre-sale untuk konser tersebut. Tiket mulai dijual pada 25 Januari 2013 lewat beberapa tiket box seperti Disctarra, distro Hey Folks, www.kiostix.com, BlackBox Indonesia dan www.inaconcerts.com serta cabang-cabang lainnya.
Jadwal konser Sigur Ros tersebut telah terpampang di situs resminya, www.sigur-ros.co.uk. Mereka akan menggelar konser di Istora Senayan, Jakarta.
Tak lama kemudian, Sigur Ros pun mengabarkan berita baik tersebut lewat akun Twitter-nya, @sigurros. Seperti sebelumnya, mereka mengirimkan pesan dengan bahasa Indonesia.
"Akhirnya - #SigurRosJKT untuk pertama kalinya di Istora Senayan Jakarta tanggal 10 Mei 2013," tulis mereka, Jumat (11/1/2013).
Sigur Ros dibawa promotor Flux and Play. Harga tiket dibanderol Rp 750 ribu kelas tribun dan Rp 850 ribu untuk festival. Dipastikan tidak ada pre-sale untuk konser tersebut. Tiket mulai dijual pada 25 Januari 2013 lewat beberapa tiket box seperti Disctarra, distro Hey Folks, www.kiostix.com, BlackBox Indonesia dan www.inaconcerts.com serta cabang-cabang lainnya.
Book Review: Does The Noise in My Head Bother You? A Rock n Roll Memoir Steven Tyler with David Dalton / Ecco Books/HarperCollins
Buku Does the Noise in My Head Bother You? berisi tentang mozaik hidup Steven Tyler sendiri. Sirkus hidup dalam perahu rock & roll yang kemudian membawannya dari wilayah rockstar ke wilayah popstar di dunia musik dan hiburan.Steven Tyler melekat dengan sosok rockstar. Vokalis Aerosmith dan kemudian dikenal oleh generasi sekarang sebagai juriAmerican Idol ini tahu betul bagaimana ‘menjual diri’ lewat buku. Lewat memoir yang ditulis bersama David Dalton dia menulis dengan rinci sirkus hidup rock & roll yang dia jalani. Selain menulis tentang masa kecil, bertemu dengan personel Aerosmith, hubungan naik turun dengan Joe Perry, gitaris Aerosmith, ia juga menulis tentang siapa saja wanita yang pernah dekat dengannya. Termasuk hubungan unik dengan Joan Jett. Steven Tyler lahir di Tallarico pada tahun 1948 di Bronx, NY.� “Saya� adalah anak gunung, bertelanjang kaki dan hidup liar,” tulis Tyler. Namun rock & roll menjadi panggilan hidupnya. Janis Joplin adalah idola yang dia kagumi, walau parasnya kerap disebut mirip dengan Mick Jagger. Hidup Tyler berubah ketika melihat penampilan Joe Perry dan Tom Hamilton bersama band mereka� tahun 1969 di Sunapee. Steven Tyler dan Joe Perry kemudian menjadi teman akrab dan makin dekat ketika mereka memutuskan membentuk Aerosmith. Cikal bakal duo rock & roll makin terlihat. Citra bahwa mereka seperti perpaduan Jimmy Page dan Robert Plant, Mick Jagger dan Keith Richards, serta Paul McCartney dan John Lennon makin mengemuka. Hubungan naik turun yang kadang berakhir dengan pertengkaran hebat! Materi lain yang juga mendominasi di buku ini adalah bagaimana drugs menjadi menu keseharian Steven Tyler. Entah di rumah, di pesawat atau di panggung saat bersama Aerosmith. Kisah jatuh dan bangun Aerosmith ketika mereka kembali menjadi idola berkat album Permanent Vacation, Pump, dan Get A Grip yang melambung dan membawa mereka tur keliling dunia juga ditampilkan. Termasuk keputusan untuk menjadi juri American Idolyang sempat membuatnya hampir ditendang dari Aerosmith. Buku Does the Noise in My Head Bother You?�berisi tentang mozaik hidup Steven Tyler sendiri. Sirkus hidup dalam perahu rock & roll yang kemudian membawannya dari wilayah rockstar ke wilayah popstar di dunia musik dan hiburan.
Book Review: Everyone Loves You When You're Dead Neil Strauss / Harper Collins
Neil Strauss telah menyumbangkan banyak tulisan, antara lain, untuk Rolling Stone, New York Times, sampai Esquire. Buku ini mengumpulkan puluhan wawancara dengan berbagai narasumber, seperti Brian Wilson, Hugh Hefner, Madonna, sampai Kevin Richardson dari Backstreet Boys. Semuanya disajikan dalam bentuk tanya jawab, bukan tulisan panjang atau esai, atau dalam bahasa Strauss, “Saat-saat terbaik yang diambil dari kurang lebih 3000 artikel yang telah saya tulis selama 20 tahun.” Tujuan nomor satunya adalah mengungkapkan kebenaran atau esensi dari orang, kisah atau pengalaman sang narasumber dalam format ‘mentah’. Juga jangan harap akan format tanya jawab yang konvensional, karena lebih sering bagian-bagian wawancara disebar di bab-bab yang berbeda sesuai dengan kepentingannya; ada misalnya bab The Worst Interview Ever atau The Rock and Roll Cliche Can Go Fuck Itself. Namun itu sama sekali tak mengurangi kenikmatan membaca, berkat kepiawaian Strauss yang melakukan wawancara layaknya mengobrol dengan teman lama. Tak heran bila jawaban-jawaban absurd, canggung, atau elaborasi cerdas dari sang artis muncul di sana-sini. Kalau pun ada kekurangan, dalam buku ini sama sekali tak tercantum tanggal kapan wawancara dilangsungkan. Namun di antara semua kisah kebengalan khas rock & roll dan kejujuran yang membanjir, pada akhirnya itu tak menjadi masalah besar.
Book Review: Eddie Trunk's Essential Hard Rock And Heavy Metal Eddie Trunk Abrams Image Kumpulan kisah personal dari Eddie Trunk, pembawa acara That Metal Show di VHI dan penyiar� Eddie Trunk Live yang berteman dengan beragam rockstar dunia
Eddie Trunk adalah sosok lucky bastard yang hidupnya bisa jadi adalah impian pecinta musik rock dan metal. Tiap hari dirinya mampir dari satu venue konser ke venue konser berikutnya, melaporkan jalannya konser lewat akun Twitter miliknya bagaimana situasi backstage sebuah konser dan tiba-tiba memamerkan foto bersama tokoh-tokoh musik kelas satu yang dia tonton.
Dalam buku berjudul Eddie Trunk’s Essential Hard Rock And Heavy Metal ini, dia menampilkan band-band idola yang pernah dia tonton, band yang hampir semuanya dia saksikan daribackstage. Selain itu Trunk juga menampilkan trivia menarik tentang kisah-kisah yang belum diketahui banyak orang. Contoh, pesawat terbang yang membawa rombongan band Lynyrd Skynyrd dan jatuh itu sempat akan dibeli oleh Aerosmith. Kita tahu beberapa personel dan kru band Lynyrd Skynyrd meninggal karena tragedi tersebut. Atau fakta bahwa Dave “Snake” Sabo dari Skid Row adalah seorang manajer band, band yang dia kelola adalah Down, di mana Philip Anselmo (Pantera) menjadi vokalisnya.
Dalam kata pembuka buku ini, vokalis Judas Priest Rob Halford mengatakan, “Everybody wants a backstage pass.” Dan Trunk adalah orang yang selalu berhasil mendapatkan akses backstage pass di tiap konser yang ingin dia hadiri.
Saya sendiri menjadi saksi akan hal ini saat menyaksikan konser The Big 4 (Metallica, Slayer, Megadeth, Anthrax) di Yankee Stadium, New York. Lewat Twitter dan kicauan Trunk yang saat itu berada di backstageYankee Stadium, saya berhasil mendapatkan lokasi bar tempat hangout Metallica, Slayer, Megadeth, dan Anthrax setelah show The Big 4 di New York City!
Kekurangan dari buku ini ada pada tata letak dan penempatan foto yang kurang menarik.
Dalam buku berjudul Eddie Trunk’s Essential Hard Rock And Heavy Metal ini, dia menampilkan band-band idola yang pernah dia tonton, band yang hampir semuanya dia saksikan daribackstage. Selain itu Trunk juga menampilkan trivia menarik tentang kisah-kisah yang belum diketahui banyak orang. Contoh, pesawat terbang yang membawa rombongan band Lynyrd Skynyrd dan jatuh itu sempat akan dibeli oleh Aerosmith. Kita tahu beberapa personel dan kru band Lynyrd Skynyrd meninggal karena tragedi tersebut. Atau fakta bahwa Dave “Snake” Sabo dari Skid Row adalah seorang manajer band, band yang dia kelola adalah Down, di mana Philip Anselmo (Pantera) menjadi vokalisnya.
Dalam kata pembuka buku ini, vokalis Judas Priest Rob Halford mengatakan, “Everybody wants a backstage pass.” Dan Trunk adalah orang yang selalu berhasil mendapatkan akses backstage pass di tiap konser yang ingin dia hadiri.
Saya sendiri menjadi saksi akan hal ini saat menyaksikan konser The Big 4 (Metallica, Slayer, Megadeth, Anthrax) di Yankee Stadium, New York. Lewat Twitter dan kicauan Trunk yang saat itu berada di backstageYankee Stadium, saya berhasil mendapatkan lokasi bar tempat hangout Metallica, Slayer, Megadeth, dan Anthrax setelah show The Big 4 di New York City!
Kekurangan dari buku ini ada pada tata letak dan penempatan foto yang kurang menarik.
CD Review: Amy Winehouse - 'At The BBC' Universal Island Records/Universal Music Indonesia
Setelah kematian tragis Amy Winehouse pada 2011, dimulailah upaya untuk membuat publik lebih mengingat karena bakatnya yang fenomenal, bukan karena kehidupan pribadinya yang amburadul.
Pertama ada Lioness: Hidden Treasures, kumpulan lagu-lagu yang belum beredar, termasuk beberapa demo yang memberi gambaran akan seperti apa album ketiganya seandainya hidupnya tak berhenti di usia 27.
Kini ada At the BBC, koleksi rekaman live saat penyanyi asal London tersebut tampil di berbagai program radio dan TV milik badan penyiaran Inggris, BBC. Jika Lionessmengabadikan apa yang seharusnya bisa terjadi, maka At the BBC mendokumentasikan apa yang benar-benar terjadi.
Kita dapat menyimak betapa kuat dan khas vokalnya Winehouse sejak 2004 ketika masih merupakan pendatang baru menjanjikan berusia 21, hingga 2009 saat ia masih menyanyikan “Love Is a Losing Game” dengan lirih yang sempurna walau tubuhnya digerogoti adiksi narkotika dan alkohol.
Urutan hampir seluruh lagu di At the BBC disusun secara kronologis, jadi kita bisa mengikuti perkembangan karier Winehouse yang sudah tampil mengagumkan sejak membawakan materi dari Frank, tapi aransemen jazz yang terlalu ramai di album debutnya tersebut membuat vokalnya harus bekerja lebih keras dari seharusnya.
Barulah di lagu-lagu Back to Black, mahakarya yang merupakan album kedua sekaligus terakhir, suara Winehouse dan liriknya yang humoris sekaligus menyedihkan semakin bersinar berkat warna R&B dan soul yang lebih pas. Suara Winehouse yang menghantui pada versi minimalis “You Know I’m No Good” dan “Valerie” di sini semakin menegaskan bahwa kepergiannya meninggalkan kekosongan yang belum tentu dapat diisi. SUMBER (rolling stones magazine)
Pertama ada Lioness: Hidden Treasures, kumpulan lagu-lagu yang belum beredar, termasuk beberapa demo yang memberi gambaran akan seperti apa album ketiganya seandainya hidupnya tak berhenti di usia 27.
Kini ada At the BBC, koleksi rekaman live saat penyanyi asal London tersebut tampil di berbagai program radio dan TV milik badan penyiaran Inggris, BBC. Jika Lionessmengabadikan apa yang seharusnya bisa terjadi, maka At the BBC mendokumentasikan apa yang benar-benar terjadi.
Kita dapat menyimak betapa kuat dan khas vokalnya Winehouse sejak 2004 ketika masih merupakan pendatang baru menjanjikan berusia 21, hingga 2009 saat ia masih menyanyikan “Love Is a Losing Game” dengan lirih yang sempurna walau tubuhnya digerogoti adiksi narkotika dan alkohol.
Urutan hampir seluruh lagu di At the BBC disusun secara kronologis, jadi kita bisa mengikuti perkembangan karier Winehouse yang sudah tampil mengagumkan sejak membawakan materi dari Frank, tapi aransemen jazz yang terlalu ramai di album debutnya tersebut membuat vokalnya harus bekerja lebih keras dari seharusnya.
Barulah di lagu-lagu Back to Black, mahakarya yang merupakan album kedua sekaligus terakhir, suara Winehouse dan liriknya yang humoris sekaligus menyedihkan semakin bersinar berkat warna R&B dan soul yang lebih pas. Suara Winehouse yang menghantui pada versi minimalis “You Know I’m No Good” dan “Valerie” di sini semakin menegaskan bahwa kepergiannya meninggalkan kekosongan yang belum tentu dapat diisi. SUMBER (rolling stones magazine)
CD Review: Placebo - 'B3' Vertigo/Universal Music
Bagi yang selalu mencari sesuatu yang baru dan ‘menyegarkan’, mungkin tak akan terlalu antusias akan Placebo. Tapi dari dulu Placebo selalu memiliki tempat di hati para penggemarnya yang hingga kini hampir menyerupai sebuah sekte. Namun rilisan ‘pemanasan’ sebelum dirilisnya album penuh terbaru mereka tahun ini ternyata bukanlah sebuah upaya yang tidak istimewa.
Nomor pertama B3 dijagokan dengan rock khas Placebo yang seksi dan groovy sampai kemudian masuk ke chorusyang megah dan ramai. Tembang kedua “I Know You Want To Stop” adalah sebuah cover version milik Minxus, band alternative rock era ‘90-an yang sebenarnya tak terlalu perlu dimasukkan ke dalam EP yang memang sudah sedikit lagunya, walau mereka menggarapnya menjadi unik.
“The Extra” adalah sebuah permata album ini. Minimalis dengan dentingan piano, beat elektrik yang dancy namun kalem. Bebunyian synthesizer tipis namun cantik hingga refrain dengan nyanyian pengulangan kalimat “Show me how to live..” yang memberi perasaan kontemplatif merupakan magnet untuk dinyanyikan bersama. “I.K.W.Y.L”, terdengar sinis dan gelap, adalah makanan sehari-hari Placebo, dengan petikan gitar yang mengingatkan akan The Edge dari U2, dan kemudian menjadi ramai di akhir lagu hingga menjadi klimaks yang epic.
“Time is Money” tidak terlalu istimewa, hanya upaya untuk berdurasi 7 menit tapi minim hal-hal yang dapat mengait dari sisi melodi. Lima buah nomor yang ada di B3 tampak nyaman dan cocok bercokol dalam sebuah EP, tidak berlebihan secara produksi, namun juga tidak berkekurangan karena jumlah lagu yang tak banyak hingga masing-masing bisa memancarkan keunikannya.
Nomor pertama B3 dijagokan dengan rock khas Placebo yang seksi dan groovy sampai kemudian masuk ke chorusyang megah dan ramai. Tembang kedua “I Know You Want To Stop” adalah sebuah cover version milik Minxus, band alternative rock era ‘90-an yang sebenarnya tak terlalu perlu dimasukkan ke dalam EP yang memang sudah sedikit lagunya, walau mereka menggarapnya menjadi unik.
“The Extra” adalah sebuah permata album ini. Minimalis dengan dentingan piano, beat elektrik yang dancy namun kalem. Bebunyian synthesizer tipis namun cantik hingga refrain dengan nyanyian pengulangan kalimat “Show me how to live..” yang memberi perasaan kontemplatif merupakan magnet untuk dinyanyikan bersama. “I.K.W.Y.L”, terdengar sinis dan gelap, adalah makanan sehari-hari Placebo, dengan petikan gitar yang mengingatkan akan The Edge dari U2, dan kemudian menjadi ramai di akhir lagu hingga menjadi klimaks yang epic.
“Time is Money” tidak terlalu istimewa, hanya upaya untuk berdurasi 7 menit tapi minim hal-hal yang dapat mengait dari sisi melodi. Lima buah nomor yang ada di B3 tampak nyaman dan cocok bercokol dalam sebuah EP, tidak berlebihan secara produksi, namun juga tidak berkekurangan karena jumlah lagu yang tak banyak hingga masing-masing bisa memancarkan keunikannya.
The Flaming Lips Aransemen Ulang Album Debut The Stone Roses?
Band rock asal Oklahoma, AS, The Flaming Lips, dikabarkan tengah mengaransemen ulang lagu di album debut The Stone Roses. Berita tersebut dilansir sendiri oleh Wayne Coyne dalam sebuah kicauan di akun Twitter pribadinya, @waynecoyne.
“Doin vocals for She bangs The Drum hopin to get Channy of Polica to sing on it too!!!!,” Demikian judul foto Coyne di Instagram yang ditautkan ke akun Twitter pribadinya.
Dari kicauan tersebut terpantau Coyne sedang sibuk merekam vokalnya untuk lagu "She Bangs The Drums" karya band legendaris The Stone Roses.
Menurut Pitchfork, beberapa spekulasi menyatakan bahwa The Flaming Lips mungkin akan berkolaborasi dengan beberapa musisi lain yang meluncurkan kicauan senada. Mereka berada di satu studio yang sama dan mengaku tengah mengaransemen ulang lagu The Stone Roses.
Salah satu band yang diperkirakan akan berkolaborasi adalah HOTT MT. The Future Heart mengunggah sebuah video yang menampilkan beberapa cuplikan HOTT MT menggarap beberapa lagu The Stone Roses dari album yang dirilis pada 1989 seperti “I’m The Resurrection”, “I Wanna Be Adored”, dan “Bye Bye Badman”.
Kemungkinan tersebut diperkuat setelah diketahui bahwa HOTT MT memang sudah pernah berkolaborasi sebelumnya dalam sebuah lagu berjudul “Never Hate Again”.
Pengukuhan berita tersebut juga datang dari akun Twitter HOTT MT yang mengicaukan kembali tautan berita yang dilansir Stereogum terkait isu The Flaming Lips untuk mengaransemen ulang album debut The Stone Roses.
Belum diketahui apakah lagu aransemen ulang tersebut akan tersaji dalam album baru The Flaming Lips, kolaborasi dua band seperti yang sebelumnya pernah dilakukan bersama Stardeath and White Dwarfs, atau Coyne akan menjadi bintang tamu dalam album HOTT MT.
“Doin vocals for She bangs The Drum hopin to get Channy of Polica to sing on it too!!!!,” Demikian judul foto Coyne di Instagram yang ditautkan ke akun Twitter pribadinya.
Dari kicauan tersebut terpantau Coyne sedang sibuk merekam vokalnya untuk lagu "She Bangs The Drums" karya band legendaris The Stone Roses.
Menurut Pitchfork, beberapa spekulasi menyatakan bahwa The Flaming Lips mungkin akan berkolaborasi dengan beberapa musisi lain yang meluncurkan kicauan senada. Mereka berada di satu studio yang sama dan mengaku tengah mengaransemen ulang lagu The Stone Roses.
Salah satu band yang diperkirakan akan berkolaborasi adalah HOTT MT. The Future Heart mengunggah sebuah video yang menampilkan beberapa cuplikan HOTT MT menggarap beberapa lagu The Stone Roses dari album yang dirilis pada 1989 seperti “I’m The Resurrection”, “I Wanna Be Adored”, dan “Bye Bye Badman”.
Kemungkinan tersebut diperkuat setelah diketahui bahwa HOTT MT memang sudah pernah berkolaborasi sebelumnya dalam sebuah lagu berjudul “Never Hate Again”.
Pengukuhan berita tersebut juga datang dari akun Twitter HOTT MT yang mengicaukan kembali tautan berita yang dilansir Stereogum terkait isu The Flaming Lips untuk mengaransemen ulang album debut The Stone Roses.
Belum diketahui apakah lagu aransemen ulang tersebut akan tersaji dalam album baru The Flaming Lips, kolaborasi dua band seperti yang sebelumnya pernah dilakukan bersama Stardeath and White Dwarfs, atau Coyne akan menjadi bintang tamu dalam album HOTT MT.
Malam Memuaskan di Big Night Out
Setelah ikut tur festival keliling Big Day Out di Australia, Yeah Yeah Yeahs, Vampire Weekend dan Band of Horses ditarik ke Singapura untuk tampil di Big Night Out pada Rabu (31/1) lalu. Dalam acara yang diselenggarakan LAMC Productions tersebut, sekitar 6.000 penonton memadati Fort Canning Park untuk menyaksikan ketiga band asal Amerika itu bermain dengan durasi masing-masing 75 menit, serta menampilkan materi dari album baru Yeah Yeah Yeahs dan Vampire Weekend yang akan dirilis beberapa bulan lagi.
Yeah Yeah Yeahs dan Ra Ra Riot di Love Garage
Mengambil tempat di lapangan parkir Entertainment X'nter (EX) pada Jumat (1/2) lalu, Love Garage kembali digelar dengan kombinasi penampilan dari artis dalam dan luar negeri. Yeah Yeah Yeahs dan Ra Ra Riot adalah dua nama artis internasional yang diboyong dari Amerika Serikat untuk memeriahkan acara yang digelar oleh promotor Ismaya Live tersebut.
Motion City Soundtrack Tur Konser di Indonesia
Motion City Soundtrack, band pop punk asal Minnesota, AS, dikabarkan bakal menggelar konser di Indonesia untuk pertama kalinya pada 6 Maret dan 7 Maret 2013.
Promotor yang membawa mereka tur ke Indonesia adalah Heaven Records yang mengundang sebagai bagian dari Heaven Rawk Tour 2013.
Tur konser Motion City Soundtrack ini rencananya bakal berlokasi di dua kota yaitu, Balai Sartika Convention Hall, Bandung (6/3) dan Boshe VVIP Club, Yogyakarta (7/3).
"Motion City Soundtrack telah memiliki basis fans indie banyak di Indonesia yang telah mengikuti sepak terjang mereka sejak tahun 2005an. Band ini juga telah memberikan cukup banyak pengaruh pada banyak band indie di Indonesia yang muncul pada tahun 2000an," tulis rilis pers dari promotor yang diterima Rolling Stone.
Band yang beranggotakan vokalis Justin Pierre, gitaris Joshua Cain, bassist Matthew Taylor, synthesizer Jesse Johnson, dan penabuh drums Tony Thaxton ini telah merilis lima album sejak 2003 silam.
Salah satu lagu mereka yang berjudul “My Favorite Accident” pernah menjadi soundtrack video game Burnout 3 : Takedown.
Promotor yang membawa mereka tur ke Indonesia adalah Heaven Records yang mengundang sebagai bagian dari Heaven Rawk Tour 2013.
Tur konser Motion City Soundtrack ini rencananya bakal berlokasi di dua kota yaitu, Balai Sartika Convention Hall, Bandung (6/3) dan Boshe VVIP Club, Yogyakarta (7/3).
"Motion City Soundtrack telah memiliki basis fans indie banyak di Indonesia yang telah mengikuti sepak terjang mereka sejak tahun 2005an. Band ini juga telah memberikan cukup banyak pengaruh pada banyak band indie di Indonesia yang muncul pada tahun 2000an," tulis rilis pers dari promotor yang diterima Rolling Stone.
Band yang beranggotakan vokalis Justin Pierre, gitaris Joshua Cain, bassist Matthew Taylor, synthesizer Jesse Johnson, dan penabuh drums Tony Thaxton ini telah merilis lima album sejak 2003 silam.
Salah satu lagu mereka yang berjudul “My Favorite Accident” pernah menjadi soundtrack video game Burnout 3 : Takedown.
Flashback: Sex Pistols Reunite for 'Filthy Lucre' Tour in 1996 'We've found a common cause,' said Johnny Rotten, 'and that's your money'
When the Sex Pistols reunited in 1996, they didn't even try to pretend it was anything but a cash grab. "We still hate each other with a vengeance," Johnny Rotten said at a press conference announcing the Filthy Lucre tour. "But we've found a common cause, and that's your money . . . These are the people that wrote the songs, and now we'd like to be paid for it. Over the years every fucker has lived off us, and we haven't seen penny one."
The reunion marked a huge reversal for Johnny Rotten, since he'd previously said the death of Sid Vicious made any future band activity impossible. "What are we gonna do?" he'd ask the press. "Dig up Sid?" At the tour's press conference he had a strikingly different take. "These are the original members," he said. "Sid was nothing more than an empty coathanger to fill an empty spot onstage."
That's a pretty harsh way of explaining that Sid's bass playing ability was, at best, rudimentary. They weren't even able to use him on their sole studio album, Never Mind the Bollocks, Here's the Sex Pistols. Steve Jones was forced to pull double duty by playing all the guitar and bass parts on the LP. The band brought original bassist Glen Matlock back into the fold for the reunion tour. In addition to being a great bassist, Matlock co-wrote most of the band's songs.
The tour may have been a blatant cash grab, but the band didn't phone in the performances. Steve Jones, Paul Cook and Glenn Matlock had all become better musicians during the band's 18-year hiatus, and the shows were absolutely explosive. They wisely didn't attempt to write a single new song, relying solely on their small catalog of classics. They had just enough songs to fill out a proper show when you throw in their signature covers like "Substitute" by the Who, "No Fun" by the Stooges and "(I'm Not Your) Steppin' Stone" by the Monkees. (Check out their performance of "Bodies" from the Japanese leg of the tour.)
The Sex Pistols reformed for other tours in 2002-'03 and 2007-'08, but in recent years Johnny Rotten has turned his attention to the reformed Public Image Ltd – though he says he hasn't totally closed the door on future Sex Pistols activity. "I love singing them old songs, because they're very poignant and a very pertinent part of history belongs to the Sex Pistols," he told Rolling Stone in 2012. "If I write new songs, it's PiL and that's it. Occasionally, a reenactment is a fine thing. I love Civil War reenactments."
Vokalis Lamb of God Penuhi Janji Hadiri Pemeriksaan Persidangan
Vokalis Lamb of God, Randy Blythe kembali ke Rep Ceko untuk menjalani persidangannya untuk pemeriksaan pengadilan. Kasus dakwaan di mana dia dituduh membunuh ternyata masih belum selesai.
Sebelum menjalani pemeriksaan, Randy Blythe sempat menguplaod fotonya di Instagram. Dia juga menuliskan kata bahwa dia siap untuk menjalani persidangan ini.
"And so it begins. I am calm & prepared. Everyone, thanks for your good thoughts and prayers. Have a nice day, y’all!," tulisnya.Dalam foto tersebut Randy tampil dengan rambut dipoting pendek. Dia juga berdandan rapi dengan setelan hitam lengkap dengan dasinya. Seperti dikutop dari The Gauntlet, Randy memenuhi panggilan Pengadilan kota Praha, meski dia bisa saja kabur dari persidangan karena sudah bisa kembali di Amerika.
"Saya menepati janji saya. Saya berkjata bahwa akan kembali pengadialn dan saya melakukannya. Saya bukan orang yang kabur dari tanggung jawab, dan saya bukan orang yang salah dalam kasus ini," paparnya.
Pemeriksaan pengadilan ini akan dilakukan hingga Jumat 8 Februari nanti yang akan mempresentasikan semua kasus tersebut. Randy dituduh mendorong Daniel (korban yang meninggal) untuk menyingkir dari panggung melintasi pagar besi dan mendarat dengan kepalanya terlebih dahulu. Sementara itu, Randy bersaksi bahwa dia tak melihat Daniel saat dipanggung. Dari rekaman video di konser tersebut juag menunjukkan Randy tidak mendorong Daniel.